Karakter Gunung Sinabung Sulit Dipahami

ANTARA/Irsan Mulyadi/zn
Metrotvnews.com, Jakarta: Karakter Gunung Sinabung yang belum dipahami membuat status gunung berapi di Sumatra Utara itu sulit diprediksi.

Pemerintah berdalih belum memahami karakter letusan Gunung Sinabung. Minimnya pengetahuan tipikal gunung itu menyebabkan potensi bakal terjadinya erupsi/letusan Sinabung sangat sulit diprediksi. Imbasnya pemerintah sulit memberikan sistem peringatan dini (early warning system) pada masyarakat jika letusan akan terjadi.

"Harus dimaklumi pengetahuan kita soal Sinabung sangat minim sekali. Tadinya gunung ini digolongkan tidak berbahaya karena sudah 400 tahun tidak meletus," ujar Kepala Pusat Data dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Selasa (17/9).

Pernyataan Sutopo ini guna mengomentari soal meletusnya kembali Gunung Sinabung pada Selasa, sekitar pukul 12.13 WIB. Letusan gunung yang berada di wilayah Kecamatan Naman Teran, kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara itu menyebabkan semburan debu vulkanis dan asap tebal yang mencapai ketinggian 5 km.

Meletusnya kembali gunung tersebut sontak membuat lintang pukang para penduduk, khusunya warga Desa Sukameriah yang jaraknya paling dekat dengan kawah Sinabung. Pasalnya tidak ada peringatan atau pemberitahuan sama sekali dari pihak terkait soal bakal terjadinya letusan susulan.

Sutopo membantah bahwa alpanya pemberian peringatan lantara alat-alat pemantau aktifitas vulkanik Gunung Sinabung tidak berfungsi. Alat seismograf yang ditaruh di empat titik gunung tersebut, lanjut Sutopo berfungsi dengan baik.

"Batere, solar cell dan sebagainya dari seismograf juga masih berfungsi dan komplit. Tidak benar kalau alat-alat itu hilang dicuri," tuturnya.

Ditambahkan seimograf dan GPS Geodatif terus aktif memancarkan data ke pos pengamatan Gunung Sinabung yang berjarak 8,5 km dari gunung. Yang menjadi masalah, lanjut Sutopo, terdapat anomali pada sejumlah letusan susulan yang terjadi di Sinabung.

Pada letusan yang terjadi pada Selasa (17/9) kemarin, misalnya, tanda-tanda alami gunung bakal meletus seperti tremor dan asap tidak keluar sama sekali.

"Tremor (getaran gempa) sama sekali tidak dirasakan dan terdeteksi karena terlalu kecil. Asap yang keluar juga hanya asap putih kecil. Tahu-tahu buuumm! Gunung meletus,” imbuhnya.

Sekali lagi Sutopo menegaskan, karakter dari gunung yang unik dan belum bisa dipahami inilah yang menyebabkan sulit membangun sistem peringatan dini. Perlu diketahui, katanya, sebelum Gunung Sinabung meletus pada 2010, gunung tersebut masih masuk dalam tipe gunung B karena tidak berbahaya.

Tercatat gunung itu terakhir meletus pada 1600. Artinya sudah sekitar 400 tahun gunung itu tidak berkativitas. Baru ketika pada 2010 gunung itu meletus, pemerintah memutuskan perlu dibangun pos pengawas di sana dan memasukan gunung tersebut pada tipe A atau berbahaya.

Lantaran baru saja diberi label tipe A, masih sedikit sekali data yang bisa dikumpulkan dari Gunung Sinambung. Untuk mengantisipasi terjadinya kepanikan dan jatuhnya korban jiwa, Sutopo menyarankan pemkab membangun sirine peringatan tanda bahaya di sana. (Cornelius Eko Susanto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar